Sinopsis Siksa Kubur (2024)

503 votes, average 7.1 out of 10

Orang tua Sita meninggal karena bom bunuh diri. Kejadian ini membuat Sita tidak percaya lagi dengan agama. Sejak saat itu, Sita hanya punya satu tujuan hidup: menemukan orang paling berdosa. Setelah orang itu meninggal, Sita ingin turun ke kuburnya untuk membuktikan bahwa siksa kubur itu tidak ada dan agama itu tidak nyata.

Sita dan Adil adalah dua anak remaja dari sebuah keluarga yang memiliki sebuah toko kue. Hari itu, Sang ayah sedang bereksperimen membuat kue berbentuk buaya, namun menurut Sita, hasilnya malah terlihat seperti lele. Keluarga ini tampak harmonis dan penuh canda tawa, membuat dan menjual kue bersama-sama.

Adil, si anak pendiam, sering dibully teman-temannya di sekolah. Suatu hari, teman-teman Adil datang ke toko, namun Sita mengusir mereka. Tak lama kemudian, tiga orang asing masuk ke toko dan memesan kue spesial. Lalu, muncul seorang pria aneh mendekati Adil dan meminta air minum. Pria itu kemudian memberikan kaset kepada Adil dan berkata, “Awalnya aku tidak percaya. Jangan keluar.” Adil kebingungan dengan perkataan pria itu, yang kemudian pergi meninggalkan toko.

Ternyata, tiga orang asing tadi berniat mencuri uang di laci. Melihat hal itu, Sita langsung melaporkannya kepada orang tuanya. Kedua orang tuanya mengejar para pencuri itu, namun tiba-tiba terjadi ledakan besar di luar toko. Ledakan itu menewaskan orang tua mereka dan orang-orang di sekitar.

Terungkap bahwa pria aneh pemberi kaset adalah pelaku bom bunuh diri. Kata-katanya “Jangan keluar” merupakan peringatan agar Adil tidak keluar saat ledakan terjadi.

Sita dan Adil dibawa ke kantor polisi untuk diinterogasi. Mereka hanya mengatakan bahwa pria itu sempat diberi minum oleh Adil, namun tidak memberitahu tentang kaset. Mereka ingin segera pulang.

Di luar kantor polisi, mereka melihat banyak mayat korban bom. Sita melangkah dengan hati-hati di antara mayat-mayat itu namun terpeleset karena genangan darah.

Setibanya di rumah, Sita memutar kaset itu. Betapa terkejutnya mereka ketika mendengar suara jeritan kesakitan dan teriakan “Man robuka!” yang diduga berasal dari orang yang sedang di kubur dan mengalami siksa kubur.

Beberapa bulan setelah tragedi bom bunuh diri, Sita dan Adil dimasukkan ke dalam pesantren oleh paman mereka. Rumah mereka pun dijual. Di pesantren, mereka diajari tentang keadaan di alam kubur dan siksa kubur yang mengerikan bagi orang yang durhaka.

Namun, Sita mulai meragukan ajaran tersebut. Ia tidak percaya dengan siksa kubur dan mempertanyakan mengapa agama selalu menakut-nakuti orang. Sita berdebat dengan ustazah dan akhirnya nekat kabur dari pesantren bersama Adil melalui sebuah terowongan yang angker.

Terowongan itu terkenal dengan cerita hantunya, namun Sita bertekad untuk membuktikan bahwa siksa kubur tidak ada. Di dalam terowongan, Sita dan Adil terpisah. Saat mencari Adil, Sita bertemu dengan seseorang yang meminta tolong. Sita pun ketakutan dan berlari keluar terowongan. Di luar, dia menemukan banyak orang yang sudah menunggunya.

Sita dibawa kembali ke pesantren oleh ustazah yang baik hati. Namun, di pesantren ini terdapat peraturan yang keras: santri yang melanggar akan dihukum dengan memakai jilbab merah. Ustazah tersebut tidak tega dan melepas jilbab merah itu. Namun ustazah lain datang dan memaksakan Sita untuk memakainya.

Baca juga:  Scream (2022)

Malam harinya, Sita mendengar pertengkaran dua orang ustazah dan mengetahui bahwa pemilik pesantren bukanlah orang yang baik. Pemilik pesantren berniat menjadikan Adil sebagai babu dan budak nafsu. Sita segera berlari untuk menemui Adil yang telah disekap. Sita pun ditangkap dan dikurung di sebuah ruangan.

Sita berhasil kabur dan ditemui oleh ustazah yang baik hati. Ustazah itu membawakan barang-barang Sita dan menyuruhnya kabur dari tempat itu. Sita kemudian mengejar mobil yang hendak berangkat membawa Adil.

Sita berhasil menyelamatkan Adil dan mereka kembali ke terowongan. Namun, mereka kembali terpisah dan Sita bertemu dengan sosok menyeramkan bernama Ismail yang meminta tolong. Untungnya, Sita berhasil menemukan Adil dan mereka berdua berhasil melarikan diri keluar terowongan.

Beberapa tahun kemudian, Sita dan Adil sudah menjadi dewasa. Sita bekerja sebagai suster di sebuah panti jompo. Ia memiliki obsesi pribadi untuk menemukan orang yang berbuat dosa semasa hidupnya dan membuktikan bahwa siksa kubur tidak ada. Sita dikenal sebagai suster yang baik dan ramah, sehingga dihormati oleh para penghuni panti.

Salah satu penghuni panti adalah Pak Wahyu, yang diminta pulang oleh anaknya dengan alasan karena keterbatasan biaya. Namun Pak Wahyu bersikeras tidak mau meninggalkan tempat itu. Anak-anak Pak Wahyu menuduh Sita mempunyai niat jahat dan ingin menikahi lalu merampas harta Pak Wahyu. Sita pun tersinggung dan berkata bahwa dia bisa saja membujuk Pak Wahyu ikut mereka, dengan syarat mereka harus berlutut dan mencium kakinya.

Di sisi lain, Adil bekerja sebagai pengurus dan memandikan jenazah. Sita dan Adil masih sering bertemu. Adil menjelaskan bahwa siksa kubur bukan menyiksa badan, melainkan jiwa. Jika Sita dikubur, dia tidak akan menemukan apa pun karena jiwanya yang disiksa.

Sita yang jauh dari agama, bertolak belakang dengan Adil yang masih memiliki kepercayaan. Sita teringat momen tragis kematian orang tuanya dan perceraian Adil dengan istrinya karena profesinya sebagai pengurus jenazah.

Malam itu, Sita berbincang dengan Pak Wahyu tentang agama. Pak Wahyu mengetahui keraguan Sita, namun kagum dengan kebaikannya. Pak Wahyu menceritakan tentang siksa kubur dan bagaimana fisik yang terbiasa disiksa lama kelamaan tidak akan merasakan sakit.

Pak Wahyu ternyata adalah pemilik pesantren tempat Sita dan Adil remaja. Sita mengetahui kebusukan Pak Wahyu yang telah merusak dan menjadikan para santri sebagai budak nafsu, termasuk Adil. Sekitar 50 santri pernah menjadi korbannya. Tapi satu anak hilang, yang bernama Ismail.

Pak Wahyu terkejut saat Sita mengaku bahwa dia adalah salah satu santrinya. Sita mengenal Pak Wahyu sebagai orang yang paling bejat. Ironisnya, Pak Wahyu malah merasa bangga dengan perbuatannya. Pembicaraan mereka terhenti saat tiba-tiba Adil memasuki ruangan.

Adil yang dipenuhi amarah berusaha untuk membalaskan dendamnya. Namun Pak Wahyu berhasil lolos dan mengambil pistol dari dalam laci. Penghuni panti lainnya memasuki ruangan setelah mendengar keributan tersebut. Pak Wahyu menceracau sebelum dia menembakkan pistolnya ke mulutnya sendiri.

Baca juga:  Luther: The Fallen Sun (2023)

Adil kemudian mengurus jenazah Pak Wahyu. Saat akan dikuburkan, Sita bersikeras ikut dikuburkan bersama jasad Pak Wahyu dengan membawa kamera. Di dalam kuburan, Sita terjebak dalam teror suara-suara bisikan misterius yang direkam melalui kamera.

Sita kemudian diwawancarai TV mengenai dirinya sebagai bagian dari korban bom bunuh diri yang telah merenggut nyawa kedua orang tuanya. Dia juga menceritakan soal dosa-dosa Pak Wahyu dan pengalamannya saat dikubur bersama jasadnya. Sita lalu menyuruh pihak TV untuk memutar rekamannya, namun tidak ada apapun dalam rekaman tersebut.

Selesai acara, Sita menemui Adil. Dia marah kepada Adil dan menuduhnya menukar video rekaman tersebut. Mereka pun bertengkar sengit. Adil, yang selama ini memendam amarahnya, akhirnya meluapkan semua unek-uneknya. Ia menuduh Sita sebagai dalang di balik kematian orang tua mereka. Adil meyakini bahwa Sita-lah yang melapor kepada orang tua mereka tentang pencurian uang, sehingga membuat mereka pergi keluar dan terbunuh.

Sita marah besar mendengar tuduhan Adil. Ia merasa Adil tidak pernah berguna dan tidak bisa melindungi dirinya sendiri, berbeda dengan Sita yang selalu mandiri. Adil membalas dengan mengatakan bahwa Sita terlalu terobsesi dengan tujuannya untuk mencari orang paling durhaka dan ingin melihat orang itu disiksa di dalam kuburan.

Sita kembali ke panti jompo dan bertemu salah seorang penghuni panti bernama Bu Nani. Bu Nani curhat kepada Sita bahwa suaminya, Pak Pandi, sedang berselingkuh dengan seorang suster. Sita pun membuka kamar Bu Nani dan memergoki perselingkuhan tersebut. Suami Bu Nani meminta maaf, namun Bu Nani masih merasa terpukul dan kebingungan.

Kejadian tragis kemudian terjadi. Bu Nani tiba-tiba ngompol dan muntah. Saat hendak mencuci bajunya di mesin cuci, cincinnya terlepas dan tertelan mesin. Bu Nani mencoba mengambil cincinnya dengan memasukkan kepalanya ke dalam mesin, namun tanpa sengaja tangannya menyalakan mesin cuci. Rambutnya terjerat dan tergiling, dan Bu Nani berusaha menariknya dengan kuat hingga kulit wajahnya terlepas. Bu Nani meninggal dunia akibat kejadian mengerikan ini. Suami Bu Nani menyalahkan Sita atas kematian istrinya karena tidak menjaganya dengan baik.

Sita kemudian menemui salah satu penghuni panti bernama Bu Juwita yang mengaku bisa berbicara dengan arwah orang yang baru meninggal. Sita memohon kepadanya untuk menunjukkan arwah Bu Nani. Mereka pun memulai ritual pemanggilan arwah. Awalnya, Sita tidak bisa melihat arwah Bu Nani. Wanita itu menyuruh Sita untuk percaya agar dia bisa melihatnya. Ritual itu gagal karena Sita tidak pernah percaya dengan hal-hal gaib. Saat mereka bubar, tiba-tiba Bu Juwita seperti kerasukan dan menyebut-nyebut nama Ismail yang meminta tolong.

Di tempat lain, Adil sedang bekerja di kamar mayat. Dia tiba-tiba mendengar suara ketukan di dalam loker dan di balik pintu. Adil tidak merasa takut. Saat dia hendak kembali, tiba-tiba mayat yang dia mandikan hilang. Adil bergegas keluar, namun pintunya terkunci.

Baca juga:  The 355 (2022)

Di panti jompo, Pak Pandi tiba-tiba menyerang teman Sita dengan pisau. Sita berhasil membawanya menyelamatkan diri. Namun, penghuni panti lain berhasil menikamnya hingga tewas. Mereka membunuh suster itu karena takut akan siksa kubur karena telah membiarkan kejahatan terjadi. Rupanya, rekaman suara tentang siksa kubur viral di masyarakat dan mempengaruhi orang-orang. Masayarakat di luar sana menjadi kacau.

Sita yang kalut kemudian kembali menggali kubur Pak Wahyu dan masuk ke dalamnya. Dia tertimbun tanah dan masuk ke sebuah lubang yang membawanya ke ruangan di mana orang-orang disiksa di dalam kubur mereka. Sita mencari jalan keluar dan bertemu dengan Ismail. Tak lama kemudian, dia bertemu Adil yang tangannya penuh dengan cairan nanah.

Sita memasuki ruangan berwarna merah yang ternyata toko rotinya dulu, tempat kenangan pahit saat orang tuanya meninggal. Dia kembali mencari jalan keluar dan menyaksikan berbagai macam teror menakutkan. Dia akhirnya menemukan Ismail. Ismail membantu Sita melompat keluar dari bangunan itu.

Namun, Sita masih berada di dalam kubur bersama jasad Pak Wahyu. Ternyata, semua yang dia alami hanyalah mimpi. Pada kenyataannya, dia masih terjebak di dalam kuburan sambil membawa kameranya. Tiba-tiba jasad Pak Wahyu bangkit terduduk. Sita yang ketakutan tetap merekamnya dan memanggil-manggil Adil.

Sita mendengar suara “Man robuka!” dan kepala Pak Wahyu dipukul sampai hancur. Kepalanya kemudian tumbuh lagi dan dicabik-cabik oleh beberapa ekor ular sampai hanya tersisa tulang belulang. Kejadian tersebut disaksikan Sita berulang-ulang. Sita sangat ketakutan dan tidak kuat melihat siksaan itu. Dia menangis dan bertobat meminta ampunan dengan bersholawat.

Tiba-tiba Adil muncul dan bersusah payah membukakan papan kubur. Dengan tertatih-tatih Sita keluar. Namun rupanya, Adil telah digigit ular dan sekarat karena bisanya.

Ending credit: Pak Pandi mematikan ponsel yang sedang memutar ceramah Pak Wahyu. Dia kemudian mengajak yang lainnya tidur karena besok mereka akan plesiran.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *