Sinopsis 28 Weeks Later (2007)

4977 votes, average 6.6 out of 10

Enam bulan setelah virus rage melanda penduduk Inggris, tentara AS membantu mengamankan sebagian kecil wilayah London agar para penyintas bisa kembali membangun kehidupan. Namun, tidak semua berjalan sesuai rencana.

Alice (Catherine McCormack) dan suaminya, Don (Robert Carlyle), terlihat sedang menyiapkan makanan di sebuah pondok kecil yang gelap. Dunia baru saja dilanda wabah virus R.A.G.E., dan mereka berhasil melarikan diri ke pedesaan. Don dan Alice merasa sedikit lega karena kedua anak mereka sedang berada di luar negeri untuk kegiatan sekolah, sehingga selamat dari infeksi.

Mereka sempat berpelukan dan berciuman penuh rasa syukur, sebelum seorang nenek tua muncul dan mengingatkan bahwa pondok itu sebenarnya milik dia dan suaminya. Semua jendela di sana sudah dipalang rapat demi keamanan. Malam itu, Don dan Alice menyiapkan makan malam untuk pasangan tua tersebut, seorang wanita muda lain, dan Jacob (Shahid Ahmed).

Suasana makan malam tegang. Wanita muda itu ingin menyiapkan kursi untuk pacarnya, tetapi Jacob menegaskan pacarnya sudah lama pergi dan tak akan kembali. Tiba-tiba, terdengar ketukan keras di pintu. Don membuka, dan seorang anak lelaki kecil masuk dengan wajah ketakutan. Ia tidak terinfeksi. Anak itu diberi makan, dan ia menjelaskan bahwa ia berasal dari kota tetangga. Namun, ia mengatakan bahwa keluarganya sendiri kini mengejarnya karena telah terinfeksi.

Saat salah satu wanita mengintip keluar, seekor terinfeksi tiba-tiba menerobos jendela, memuntahkan darah ke wajahnya. Don langsung menghantam makhluk itu dengan linggis hingga mati. Wanita yang terkena cipratan darah segera berubah menjadi terinfeksi, dan Don pun membunuhnya. Tak lama, para terinfeksi lain menyerbu pondok.

Anak kecil itu berlari ke lantai atas, Alice mengikutinya. Sementara itu, Jacob dan pasangan tua berlari ke lumbung. Pria tua itu mencoba menahan pintu, tapi terinfeksi menjebol masuk dan menginfeksinya. Istrinya diserang dengan brutal hingga tewas. Jacob berhasil keluar dan lari.

Di lantai atas, Don panik. Ia melihat Alice mencoba melindungi anak kecil yang bersembunyi di lemari. Seekor terinfeksi muncul di antara mereka. Alice berteriak meminta tolong, tetapi Don dengan pengecut menutup pintu, melompat keluar jendela, dan melarikan diri. Ia sempat menoleh ke belakang, melihat Alice diseret oleh para terinfeksi.

Don berlari melewati ladang, dikejar segerombolan terinfeksi. Di kejauhan, beberapa terinfeksi lain berlari dari bukit, mengejarnya. Ia berhasil mencapai dermaga, tempat Jacob sedang berusaha melepas ikatan perahu. Mereka berdua naik perahu, tapi seekor terinfeksi melompat, menghantam Jacob hingga jatuh ke air. Don mencoba menolong, tapi Jacob sudah tenggelam. Saat Jacob muncul kembali, ia sudah terinfeksi dan menyerang Don. Dengan putus asa, Don menyalakan mesin perahu dan tubuh Jacob tercabik oleh baling-baling. Don lolos menyusuri sungai—namun hatinya penuh rasa bersalah karena meninggalkan Alice.

Baca juga:  Lilo & Stitch (2025)

28 Minggu Kemudian…

Layar menampilkan rangkaian teks: penyebaran virus, karantina Inggris, intervensi pasukan Amerika, pemusnahan para terinfeksi, hingga rencana repopulasi.

Di sebuah bandara, seorang dokter Amerika bernama Scarlet (Rose Byrne) menyaksikan pesawat pertama yang mendarat. Dari pesawat itu turun para warga sipil yang selamat, termasuk dua anak: Tammy (Imogen Poots) dan adiknya Andy (Mackintosh Muggleton). Scarlet kesal karena tak ada pemberitahuan bahwa anak-anak akan ikut dibawa—fasilitas belum siap menangani mereka. Ia juga memperhatikan ciri unik Andy: matanya berbeda warna, sebuah sifat turunan dari ibunya.

Semua penumpang diperiksa kesehatannya. Setelah dinyatakan bersih, mereka dibawa dengan kereta bawah tanah menuju District 1, zona aman yang kini jadi rumah baru mereka. District 1 memiliki listrik 24 jam, air panas, supermarket, bahkan pub. Namun di sekelilingnya, pasukan Amerika berjaga ketat dengan senjata berat, dan para penembak jitu ditempatkan di atap.

Salah satunya adalah Doyle (Jeremy Renner), yang menghabiskan waktu dengan bercanda bersama temannya, pilot helikopter Flynn (Harold Perrineau). Dari ruang komando, Jenderal Stone (Idris Elba) mengawasi seluruh aktivitas warga lewat kamera tersembunyi.

Di sana, Tammy dan Andy akhirnya bertemu kembali dengan ayah mereka, Don. Pelukan hangat terjadi, Don terlihat penuh emosi. Namun Scarlet masih khawatir, ia memperingatkan Stone bahwa virus bisa saja kembali. Stone menegaskan: bila itu terjadi, mereka akan mengeksekusi Code Red, artinya memusnahkan semua yang terinfeksi tanpa terkecuali.

Warga sipil untuk sementara tinggal di sebuah apartemen besar. Karena Don bekerja sebagai kepala petugas kebersihan District 1, ia punya akses penuh ke seluruh fasilitas dan bahkan menempati penthouse. Anak-anaknya gembira, meski tahu tempat itu hanya sementara.

Andy bertanya tentang ibu mereka. Don menenangkan anak-anaknya dengan sebuah kebohongan: ia mengatakan Alice mati tak berdaya diserang para terinfeksi, dan tak ada yang bisa ia lakukan. Padahal, sebenarnya ia meninggalkan istrinya. Saat mengingatnya, Don menangis penuh penyesalan.

Malam itu, Doyle sedang berjaga di atap, mengintai dengan teropong. Ia melihat banyak hal—pasangan bertengkar, pasangan bercinta, Don bermain dengan anak-anaknya, dan Scarlet yang duduk sendirian murung.

Keesokan harinya, Andy bermimpi buruk tentang ibunya. Ia takut lupa wajahnya. Tammy berusaha menenangkan, dan mereka sepakat kabur keluar zona aman untuk mengambil foto dan barang pribadi di rumah lama.

Diam-diam mereka menyelinap melewati penjaga dan berlari di jalanan London yang kosong. Mereka menemukan skuter di depan restoran pizza. Saat mengambil kunci, Tammy melihat mayat pengantar pizza di dapur. Mereka lalu naik skuter, menuju rumah mereka.

Baca juga:  Cocaine Bear (2023)

Di sana, mereka mengambil pakaian dan Andy menemukan foto ibunya. Namun saat Andy naik ke loteng, ia menemukan pemandangan busuk penuh makanan berulat. Di sudut, seorang wanita berjongkok ketakutan. Andy terkejut—itu ibunya, Alice. Ternyata ia masih hidup.

Alice memeluk Andy erat, terlalu keras hingga membuatnya kesakitan. Tammy mendengar teriakan Andy dan mereka berdua lari. Saat keluar rumah, tentara dengan masker gas sudah menunggu, sementara Flynn terbang dengan helikopter di atas. Alice ditangkap, dibersihkan paksa, dan dibawa ke fasilitas. Scarlet memeriksanya dan menemukan fakta mengejutkan: Alice terinfeksi Rage, ada bekas gigitan di lengannya, tapi ia tidak berubah. Ia adalah carrier: membawa virus tanpa gejala, namun bisa menular lewat darah atau air liur.

Stone memutuskan Alice harus dieksekusi, meskipun Scarlet ingin menelitinya lebih jauh.

Don tak percaya istrinya masih hidup. Dengan aksesnya, ia menyelinap mencari Alice. Ia menemukan istrinya diikat di ranjang. Menangis, ia meminta maaf. Alice membalas, mengatakan ia masih mencintainya. Mereka berciuman—dan itulah akhir Don sebagai manusia. Air liur Alice masuk ke mulutnya, virus segera menyerang.

Don berubah brutal: matanya berdarah, muntah darah, lalu melampiaskan kemarahan kepada istrinya sendiri. Ia memukuli Alice, menggigit lehernya, menusuk matanya dengan jempol, hingga membunuhnya. Lalu ia kabur, menyerang tentara, menyebarkan infeksi di seluruh fasilitas. Stone pun langsung memerintahkan menyalakan peringatan Code Red.

Lampu dipadamkan, pintu ditutup, listrik beralih ke cadangan. Warga digiring ke ruang bawah tanah, termasuk Andy yang terpisah dari Tammy. Saat menunggu, Don yang sudah sepenuhnya terinfeksi menerobos masuk. Ia memuntahkan darah ke wajah seorang warga, memicu infeksi massal di ruang gelap itu. Jeritan dan suara tubuh dicabik terdengar. Andy berhasil menyelinap ke saluran udara, mendengar semuanya.

Di luar, pasukan menembaki para terinfeksi. Namun sulit membedakan mana warga, mana korban. Stone akhirnya memerintahkan yang terburuk: bunuh semua orang. Sniper, tank, dan tentara menghujani peluru ke kerumunan, membantai yang sehat maupun yang terinfeksi.

Scarlet berhasil menemukan Andy dan menyelamatkan Tammy juga. Mereka bertiga bertemu Doyle, yang sudah muak menembaki orang tak berdosa. Ia memutuskan melarikan mereka keluar kota.

Flynn memperingatkan Doyle bahwa kota akan dibakar habis dalam hitungan menit. Mereka berlari di jalanan, ditembaki sniper lain. Scarlet terluka di kaki, beberapa orang lain tewas. Doyle berhasil membunuh sniper musuh dan membawa mereka ke stasiun bawah tanah.

Saat ledakan bom api melanda, London terbakar. Jalanan hancur, kamera pengawas lumpuh, District 1 berubah jadi neraka api. Namun Don, entah bagaimana, selamat dari ledakan.

Baca juga:  Expend4bles (2023)

Stone menatap layar terakhir, menyadari para terinfeksi mendekati markas komando.

Scarlet, Andy, dan Tammy bersama Doyle bertemu Flynn. Tapi Flynn marah karena Doyle membawa orang lain. Dalam keributan, seorang pria mencoba naik ke helikopter. Flynn mengguncang helikopternya, sekaligus memotong puluhan terinfeksi dengan baling-baling, memenggal mereka seperti daging cincang. Pria itu akhirnya jatuh. Flynn terbang pergi, menyuruh Doyle menuju titik temu lain.

Di jalan, mereka menemukan kota dipenuhi gas kimia. Doyle menyuruh semuanya masuk ke mobil, menutup ventilasi. Tentara dengan masker gas muncul, membakar mayat-mayat dengan penyembur api. Mobil macet, dan Doyle tahu apa yang harus dilakukan. Ia keluar, mendorong mobil sendirian, hingga ia sendiri terbakar hidup-hidup oleh rekan tentaranya. Scarlet dan anak-anak berhasil kabur, tetapi menyaksikan Doyle tewas.

Scarlet membawa anak-anak masuk ke jalur kereta bawah tanah yang gelap. Dengan night vision senapan, ia memandu mereka melewati eskalator penuh mayat. Namun Don muncul lagi, menyerangnya. Scarlet dihajar hingga mati. Don lalu mengejar Andy dan menggigit lehernya.

Tammy yang marah menembak ayahnya sendiri hingga mati. Ia menangis, lalu menemukan Andy masih hidup. Luka di lehernya tidak membuatnya berubah—Andy ternyata sama seperti ibunya: kebal, tapi pembawa virus.

Flynn akhirnya menjemput mereka. Meski ragu, ia mengizinkan dua anak itu ikut. Helikopter terbang meninggalkan District 1 yang sudah menjadi neraka api.

28 hari kemudian…

Sebuah helikopter jatuh di Prancis, dekat Paris. Kamera bergerak, menyorot menara Eiffel dari kejauhan. Para terinfeksi berlari menuju kota. Virus Rage telah menyeberang ke benua Eropa. Dunia belum berakhir—malah baru saja memasuki babak baru kiamatnya.

 

Leave a Reply