Sinopsis The Conjuring 2 (2016)

324689 votes, average 7.3 out of 10

Tahun 1977 di Enfield, Ed dan Lorraine Warren membantu keluarga Hodgson yang diganggu roh jahat hingga anak kedua mereka, Janet, kerasukan. Namun, ancaman yang muncul ternyata jauh lebih berbahaya, mengincar bukan hanya keluarga itu, tapi juga pasangan Warren sendiri.

Amityville, New York, 1975

Sebuah rumah besar bergaya kolonial berdiri anggun di lingkungan yang tenang. Namun di dalamnya, kegelapan masih tertinggal dari tragedi berdarah setahun sebelumnya, ketika seorang anak laki-laki membantai seluruh keluarganya.

Ed dan Lorraine Warren duduk bersama keluarga yang kini menempati rumah itu. Ruangan redup, dipenuhi lilin yang menyala, meja kayu penuh peralatan spiritual. Lorraine memejamkan mata, menarik napas dalam, memasuki kondisi trance.

Pengihatan menguasai pikirannya. Ia menyaksikan dirinya berada di posisi sang pembunuh. Tangannya terangkat, memegang senjata api. Dentuman pertama terdengar, tubuh-tubuh bergelimpangan, darah menciprat ke dinding. Ia bergerak dari satu ruangan ke ruangan lain, menghabisi orangtua, kemudian adik-adiknya.

Setelah itu lorong panjang tampak dalam kegelapan. Dari sana muncul sosok biarawati berwajah pucat, mengenakan kerudung hitam. Aura mencekam mengitarinya, matanya kosong dan dipenuhi kebencian. Di baliknya tampak sosok seorang pria yang ditusuk balok kayu besar, tubuhnya bergetar di ambang kematian. Lorraine menyaksikan wajah suaminya sendiri, dan kengerian membuatnya tersentak, seolah terseret kembali ke dunia nyata.

Enfield, Inggris, 1977

Di sebuah kota kecil, seorang gadis bernama Janet Hodgson hidup bersama keluarganya. Rumah mereka sederhana, sempit, dengan cat dinding yang mulai terkelupas. Keluarga ini tertekan secara finansial sejak ayah meninggalkan rumah untuk bersama wanita lain. Sang ibu, Peggy, berjuang keras membesarkan empat anaknya sendirian.

Janet berbagi kamar dengan kakaknya, Margaret. Pada suatu malam, hawa asing memasuki ruangan. Janet terjaga, tubuhnya kaku, udara menjadi berat. Suara parau terdengar seakan keluar dari dirinya sendiri, namun jelas bukan miliknya. Margaret gelisah, lampu kamar dinyalakan, bayangan gelap terasa bergerak di sekitar mereka. Malam itu, ketakutan menyelimuti hingga mereka tidak berani memejamkan mata.

Hari-hari berikutnya, fenomena makin intens. Janet terbangun di ruang tamu tanpa ingatan bagaimana ia sampai di sana. Adiknya, Billy, mendapati mainan truk kecilnya bergerak sendiri dari dalam tenda kain, disertai suara berat yang bergema di lorong. Malam lain, pintu kamar digedor keras, padahal lorong kosong.

Baca juga:  Abigail (2024)

Siang hari, televisi menyala sendiri. Saluran berganti dengan cepat tanpa kendali. Remote hilang lalu muncul kembali di tempat yang sebelumnya kosong. Dari sudut ruangan, sosok kabur menyeruak, menebarkan hawa dingin menusuk.

Pada malam berikutnya, peristiwa makin brutal. Janet terhempas dari ranjang, jatuh ke lantai. Saat ia mencoba menenangkan diri, ranjang bergetar hebat, dinding berderak, udara bergetar oleh energi tak kasat mata. Lemari kayu besar bergeser keras, menabrak pintu kamar, seolah hendak mengurung mereka di dalam.

Peggy akhirnya membawa anak-anak keluar rumah, menyeberang ke rumah tetangga. Polisi dipanggil, memeriksa dengan tatapan skeptis. Namun keyakinan mereka runtuh seketika ketika sebuah kursi kayu bergeser sendiri melintasi lantai. Keheningan menyesakkan memenuhi rumah, dan para polisi memilih meninggalkan tempat itu dengan wajah pucat.

Jauh di Amerika, Ed Warren tengah menuangkan visinya dalam bentuk lukisan. Kanvas dipenuhi wajah seram seorang biarawati iblis, berdiri kaku dengan tatapan kosong. Lorraine memandanginya dengan resah. Malam itu, putri mereka, Judy, mendengar suara samar di lorong. Ketika ia menoleh, sosok biarawati itu berdiri dalam kegelapan, menatap lurus ke arahnya.

Lorraine mengikuti bayangan itu menuju ruang kerja. Lukisan berdiri sendirian di ruangan gelap. Dari kegelapan, sosok biarawati itu menyatu dengan lukisan, lalu melangkah keluar darinya. Tubuh tinggi menjulang, wajah mengerikan, langkahnya berat. Sosok itu menyerang Lorraine, memaksanya kembali melihat visi mengerikan tentang masa depan: suaminya tertusuk balok kayu besar, tubuhnya terkulai tak berdaya.

Kisah keluarga Hodgson menjadi berita nasional. Peneliti paranormal dan wartawan datang. Janet duduk di kursi, wajahnya kosong, lalu tubuhnya kaku. Dari mulutnya keluar suara pria tua yang memperkenalkan dirinya sebagai penghuni asli rumah, Bill Wilkins. Suaranya dalam, serak, penuh amarah. Atmosfer ruangan berubah berat, seolah energi asing menguasai udara.

Malam-malam berikutnya membawa kengerian baru. Billy, adik bungsu, berhadapan dengan makhluk aneh—sosok menyerupai karakter “Crooked Man” dari mainan anak-anak. Tubuhnya bengkok, langkahnya terputus-putus, suaranya bergaung menyeramkan. Sosok itu mengejarnya di lorong rumah hingga ketakutan melumpuhkan seluruh keluarga.

Baca juga:  The First Omen (2024)

Janet semakin sering dirasuki. Tubuhnya kaku, mulutnya berbusa, kaca jendela pecah akibat energi tak terlihat.

Seorang pendeta mendatangi rumah Warren membawa rekaman suara Bill Wilkins. Lorraine ketakutan mengingat penglihatan kematian Ed, namun sang suami memandanginya dengan keyakinan. Mereka akhirnya memutuskan pergi ke Inggris.

Keluarga Hodgson menerima mereka dengan harapan. Lorraine menemukan Janet duduk sendirian di ayunan. Gadis kecil itu merasa terasing, dibenci oleh semua orang, bahkan keluarganya sendiri. Aura kesedihan mengelilinginya. Lorraine menyadari ada sesuatu yang jauh lebih gelap bersembunyi di balik sosok Bill.

Di dalam rumah, investigasi dilakukan. Simbol keagamaan dipasang di kamar Janet, namun satu demi satu salib berputar terbalik, menandai dominasi kekuatan jahat.

Suatu malam, pintu terkunci rapat dari dalam, sementara jeritan Janet terdengar keras. Di balik pintu, tubuhnya terlempar, diseret oleh kekuatan tak terlihat. Di ruang bawah tanah, Peggy nyaris ditarik masuk ke dalam air kotor yang memantulkan wajah hantu Bill. Ed menolongnya, tapi hawa jahat semakin mendominasi rumah.

Para peneliti mulai kehilangan keyakinan. Rekaman video menunjukkan Janet tampak sengaja melempar barang, memberi kesan ia berpura-pura. Semua orang meninggalkan rumah. Namun di perjalanan pulang, Ed mendengarkan rekaman suara Bill dari kaset yang berbeda. Saat dua rekaman diputar bersamaan, terdengar pesan tersembunyi: sebuah permintaan tolong, diikuti keluhan bahwa ia tidak bisa pergi.

Lorraine terseret dalam visi lagi. Ia melihat Bill Wilkins duduk di kursinya, wajahnya lelah dan penuh penderitaan. Di belakangnya, sosok biarawati iblis muncul, mencengkeramnya, menyeretnya ke dalam kegelapan. Lorraine menyadari Bill hanyalah pion, sementara iblis biarawati adalah dalang sebenarnya.

Hujan badai mengguyur kota. Keluarga Hodgson terkunci di luar rumah. Ed menerobos masuk dari belakang. Saat itu petir menyambar pohon di halaman depan, menyisakan batang patah runcing yang mirip dengan balok kayu dalam visi Lorraine.

Di dalam rumah, Ed diserang sosok Crooked Man. Matanya hampir buta akibat semburan uap panas. Ia menemukan Janet berdiri di tepi jendela lantai atas, siap terjun ke bawah ke arah pohon dengan batang-batang yang runcing. Ia berlari, meraih tubuh Janet dengan sekuat tenaga, bergelantungan pada tirai yang mulai robek.

Baca juga:  My Oxford Year (2025)

Lorraine memaksa masuk ke dalam rumah. Sosok biarawati Valak menghadangnya, menyebarkan aura gelap. Lorraine mengingat penglihatannya, membuka Alkitab yang penuh coretan tangannya sendiri. Di sana ia menemukan nama iblis tersebut. Dengan keyakinan penuh, ia menyebut nama itu dalam hati, dan kekuatan gaib di sekitarnya mulai bergetar.

Iblis itu meraung, tubuhnya retak, lalu terhisap kembali ke dalam kegelapan, terlempar ke neraka. Tirai putus sesaat setelah itu, namun Lorraine berhasil menarik Ed dan Janet sebelum mereka terjatuh.

Fajar menyingsing. Rumah tenang untuk pertama kalinya. Peggy Hodgson memeluk anak-anaknya, rasa lega bercampur lelah terpancar di wajah mereka.

Tulisan penutup menyebutkan bahwa keluarga Hodgson terus tinggal di rumah itu selama empat puluh tahun, hingga akhirnya sang ibu meninggal di kursi yang sama dengan tempat Bill Wilkins menghembuskan napas terakhir.

Di Amerika, Ed menaruh mainan Crooked Man di ruang koleksi artefak berhantu mereka, berseberangan dengan boneka Annabelle. Malamnya, Lorraine menyalakan musik “Can’t Help Falling in Love”. Ed tersenyum, mengajaknya berdansa. Mereka berdua berdansa dengan damai setelah badai teror panjang.

 

Leave a Reply