Sinopsis Orang Ikan (Monster Island) (2025)

1122 votes, average 5.2 out of 10

Terjebak di sebuah pulau terpencil di Samudra Pasifik pada tahun 1942, seorang tentara Jepang dan tawanan perang Inggris harus bersatu untuk bertahan hidup. Mereka tidak hanya harus menghadapi satu sama lain sebagai musuh, tetapi juga diburu oleh makhluk buas yang tidak dikenal.

Pada tahun 1942, di tengah Perang Dunia II, sebuah kapal perang Jepang mengangkut tawanan perang asal Inggris dalam kondisi yang mengenaskan. Di antara para tahanan, seorang komandan Jepang bernama Saito juga dihukum gantung karena dianggap berkhianat. Ia dan seorang tahanan Inggris bernama Bronson, yang sebelumnya mencoba kabur, akan dieksekusi bersama. Kaki mereka dirantai menjadi satu dan disiapkan untuk dilempar ke laut.

Namun, tepat sebelum eksekusi, kapal itu diserang secara mendadak oleh pasukan Sekutu. Ledakan besar menghancurkan dek kapal, menciptakan kekacauan total. Di tengah kepanikan itu, Saito dan Bronson berhasil melompat ke laut, meninggalkan kapal yang perlahan tenggelam bersama seluruh awaknya.

Keesokan harinya, ombak membawa mereka ke sebuah pulau terpencil. Bronson, yang setengah sadar, menyeret tubuh Saito yang pingsan ke daratan. Ketika Saito sadar, naluri permusuhan mereka sebagai tentara yang berlawanan pihak langsung mengambil alih. Mereka terlibat dalam perkelahian sengit di tepi pantai.

Perkelahian mereka tiba-tiba diinterupsi oleh kemunculan sesosok makhluk misterius dari laut yang menyerang Bronson hingga terluka parah. Beruntung, Saito berhasil menembak makhluk itu dan menyelamatkan nyawa Bronson. Setelah suasana mereda, Saito, yang tidak bisa berbahasa Inggris, hanya bisa menatap laut dengan bingung saat ditanya tentang makhluk apa itu. Merasa putus asa, ia sempat berniat bunuh diri, namun dicegah oleh Bronson. Sejak saat itu, mereka sepakat untuk bekerja sama demi bertahan hidup.

Baca juga:  Black Adam (2022)

Mereka mulai menjelajahi pulau, menemukan sisa-sisa kapal dan perbekalan seperti makanan, minuman, dan rokok. Bronson menemukan sebuah roda gigi logam yang ia ubah menjadi pisau darurat. Malam harinya, mereka berbagi makanan—daging kepiting hasil buruan Saito—dan rokok. Meskipun terkendala bahasa, mereka mulai membuka diri dan membangun ikatan, menyingkirkan permusuhan masa perang.

Setelah beristirahat, mereka mencoba memutuskan rantai yang mengikat kaki mereka. Menggunakan roda gigi yang telah dimodifikasi, Bronson dengan hati-hati berhasil memotong rantai di dekat kaki Saito, membebaskan mereka berdua. Namun, ketenangan mereka tidak berlangsung lama. Tiba-tiba, muncul dua tentara Jepang lain yang selamat dari ledakan kapal, bersama seorang tawanan dari Indonesia bernama Yanto.

Saito menyuruh Bronson bersembunyi sementara ia menghadapi rekan-rekannya. Para tentara itu awalnya menyambut Saito, tetapi kecurigaan muncul saat mereka melihat sisa makanan untuk dua porsi dan bekas rantai di pergelangan kaki Saito. Mereka sadar bahwa Saito adalah tahanan pengkhianat dan mendesaknya untuk memberitahu di mana tahanan Inggris yang diikat bersamanya.

Di tengah ketegangan itu, raungan keras kembali terdengar. Yanto dengan gemetar menyebutnya “orang ikan”. Salah satu tentara yang mencoba memeriksa sumber suara, tewas secara mengerikan—kepalanya terputus dan dilempar ke tengah-tengah mereka oleh monster “Orang Ikan”.

Kepanikan pun pecah. Bronson keluar dari persembunyian dan membunuh tentara yang tersisa. Monster itu kemudian muncul dan menyerang Yanto yang mencoba lari. Saito dan Bronson melarikan diri ke dalam hutan, dikejar oleh makhluk mengerikan itu. Bronson sempat tertangkap, tetapi Saito berhasil menyelamatkannya dengan sabetan samurai. Mereka kemudian terjatuh ke sebuah jurang dan terpisah.

Keesokan paginya, Bronson terbangun di atas dahan pohon dan terjatuh ke sungai. Setelah berhasil ke tepian, ia menyaksikan pertarungan singkat antara Orang Ikan dan seekor buaya raksasa. Monster itu dengan mudah mengalahkan buaya tersebut, menunjukkan kekuatannya yang luar biasa.

Baca juga:  65 (2023)

Sementara itu, Saito, yang terluka parah, menemukan sebuah lubang besar. Di dalamnya, ia menemukan bangkai Orang Ikan lain dengan lubang peluru di kepalanya. Dari situ, ia menyadari bahwa kelemahan monster itu adalah di bagian kepalanya. Ia juga menemukan puing-puing pesawat tempur yang jatuh.

Keduanya akhirnya bertemu kembali di lokasi jatuhnya pesawat. Saito mengajak Bronson masuk ke sebuah goa, di mana mereka menemukan bayi dari makhluk Orang Ikan itu. Bronson berniat membunuhnya, tetapi Saito mencegah, takut memicu kemarahan induknya. Bronson kemudian mengusulkan ide gila: menggunakan rudal dari pesawat yang jatuh untuk memancing dan meledakkan Orang Ikan di dalam goanya.

Mereka bergotong-royong memindahkan rudal yang sangat berat itu ke dalam goa. Namun, sebelum mereka bisa membuka segelnya, Orang Ikan itu kembali dan menyerang. Dalam perkelahian sengit, Bronson terluka parah di perut oleh cakar monster itu. Dengan sisa tenaga, Saito menembak makhluk itu beserta anaknya.

Melihat anaknya mati, monster itu mengamuk hebat. Bronson, yang sekarat, memaksa Saito untuk pergi menyelamatkan diri. Ia memilih untuk tetap tinggal dan meledakkan bomnya, mengorbankan dirinya agar Orang Ikan itu tidak bisa mengejar Saito lagi.

Saito berlari sekuat tenaga, tetapi Orang Ikan itu ternyata selamat dari ledakan dan mengejarnya sampai ke tepi pantai. Di sana, Saito memasang jebakan menggunakan mayat palsu. Ketika monster itu lengah, ia menyerangnya. Setelah pertarungan sengit, Saito berhasil melumpuhkan Orang Ikan itu. Ia kemudian menembakkan pistol suar (flare gun) ke udara sebagai sinyal bantuan.

Beberapa hari kemudian, Saito yang sudah dirawat di sebuah kapal penyelamat, diinterogasi. Terungkap bahwa “pengkhianatannya” adalah karena ia membunuh jenderalnya yang kejam terhadap pasukannya. Ketika ditanya tentang Bronson, ia teringat bagaimana temannya itu begitu bahagia hanya karena menemukan sebatang rokok. Sebagai bentuk penghormatan, Saito menyalakan rokok dan menatap pulau itu dari kejauhan, penuh dengan kenangan akan sahabat yang telah mengorbankan nyawa untuknya.

Baca juga:  28 Weeks Later (2007)

 

Leave a Reply