Seorang detektif idealis terseret ke dunia penuh kekerasan dan kekacauan setelah ayahnya ditemukan tewas dalam keadaan misterius.
Di sebuah dunia bawah tanah yang penuh kekerasan, seorang pria bernama Petrus dikenal sebagai legenda. Ia bukan sekadar pembunuh, tapi mentor yang mencetak generasi baru algojo bayaran. Dari tangannya lahir empat anak didik istimewa. Topan (Abimana Aryasatya), pemimpin alami dengan strategi militer dan kemampuan bertarung tangan kosong yang nyaris tak tertandingi. Alpha (Lutesha), algojo perempuan dengan kecepatan, keheningan, dan kekejaman mematikan. Jenggo (Arie Kriting), sniper dengan insting pemburu dan ketelitian luar biasa. Pelor (Kristo Immanuel), yang konyol di luar tapi mematikan ketika senjatanya bicara.
Keempatnya dikenal sebagai The Big 4. Mereka menyelesaikan pekerjaan kotor dengan cara brutal, tak menyisakan saksi hidup. Salah satu operasi terbesar mereka adalah menghancurkan sindikat yang menjadikan panti asuhan sebagai ladang jual beli organ tubuh untuk para orang kaya. Dengan metode kejam, mereka menghabisi pimpinan dan seluruh pasukan kriminal tersebut.
Usai operasi, Petrus membuat keputusan besar. Ia merasa sudah waktunya mundur dari dunia penuh darah. Ada satu alasan penting: Dina (Putri Marino), putrinya, kini tumbuh menjadi seorang polisi. Semakin lama ia bertugas di jalan kekerasan, semakin besar kemungkinan rahasianya terbongkar.
Namun hubungan Petrus dan Dina renggang. Dina justru lebih dekat dengan Hassan (Donny Damara), sahabat lama Petrus yang kini berkarier sebagai aparat penegak hukum. Petrus memutuskan menutup lembaran hidupnya sebagai mentor pembunuh.
Masa pensiun itu hanya bertahan sebentar. Dina pulang suatu malam dan menemukan rumah berantakan. Di lantai, tubuh ayahnya terbujur penuh luka. Di samping jasad itu berdiri seorang pria bertopeng, tubuhnya besar, hanya terdiam dalam bayangan. Sosok itu adalah Topan, yang sebenarnya datang setelah Petrus terbunuh. Ia hanya menemukan tubuh mentornya yang sudah tak bernyawa, sempat mendengar nama pembunuh sejati dari bibir Petrus sebelum menghembuskan napas terakhir. Namun bagi Dina, pemandangan itu terpatri dalam ingatan: pria bertopeng di samping ayahnya yang mati.
Topan kemudian membawa The Big 4 menghilang dari radar. Mereka lenyap tanpa jejak.
Tiga Tahun Kemudian
Dina menjadi polisi teladan. Ia tidak pernah cuti, tidak pernah absen, terus menenggelamkan diri dalam pekerjaan. Luka kehilangan ayahnya tak pernah ditutup, hanya dipendam dalam rutinitas. Rekan-rekannya menyadari ia tak pernah benar-benar berduka.
Suatu hari, sebuah brosur liburan secara acak masuk ke mejanya. Di sana tertulis Bersi Island, Paranais Villa. Nama tempat itu mengusik memorinya. Ia membuka barang-barang peninggalan Petrus, menemukan foto lama, ayahnya berpose bersama empat anak laki-laki dan perempuan. Topinya sama dengan yang dikenakan sosok bertopeng yang dilihatnya malam tragedi.
Meskipun Hassan melarang, Dina memutuskan mengambil cuti pertamanya dalam tiga tahun. Ia berangkat ke Bersi Island, mengejar jawaban yang tak pernah diberi.
Bersi Island tampak seperti surga tropis. Di tepi pantai, berdiri Paranais Villa, sebuah penginapan sederhana yang ternyata dikelola oleh Topan dan kelompoknya. Begitu melihat Dina turun dari kapal, Topan langsung mengenali wajah yang dulu penuh amarah dan air mata.
Ia berusaha mengusir Dina secara halus, tapi situasi makin rumit. Tanpa sepengetahuan Dina, dua pembunuh bayaran dikirim Antonio untuk membunuhnya. Topan menghabisi mereka diam-diam, menyingkirkan jasad agar Dina tidak curiga.
Namun rasa penasaran Dina makin besar. Ia menyelinap, menemukan foto ayahnya bersama Topan, lalu sadar bahwa Topan adalah salah satu dari “anak-anak” dalam foto lama. Ia mendesak untuk mengetahui siapa tiga lainnya.
Topan akhirnya membawa Dina ke pusat meditasi milik Jenggo, tempat Pelor juga bergabung. Tempat itu dipenuhi simbol spiritual, namun di baliknya tersimpan gudang senjata dan ruang latihan.
Namun suasana berubah kacau. Dina secara tak sengaja menelan zat halusinogen yang diberikan Jenggo. Saat kesadarannya mengabur, Antonio (Martino Lio) datang menyerang. Antonio adalah penguasa baru dunia kriminal. Bersama sekretaris setianya, Alo (Michelle Tahalea), ia merebut wilayah demi wilayah, menghabisi pesaing tanpa ampun.
Antonio menyerbu pusat meditasi dengan pasukan bersenjata. Jenggo menyuruh Pelor mencari Alpha untuk meminta bantuan. Dina, yang setengah teler, terseret ke hutan. Topan mengejarnya.
Dalam hutan, Dina akhirnya siuman dan tepat waktu menyelamatkan Pelor dari tembakan. Di sisi lain, Antonio menyiksa Jenggo. Topan datang, namun duel berakhir buruk. Antonio dengan mudah mengalahkannya. Saat hendak menghabisinya, Pelor menyalakan peluncur senjata rakitan yang membuat pasukan Antonio terbakar. Dalam kekacauan, Topan berhasil melarikan Jenggo.
Saat merawat luka Topan, Dina melihat jelas bekas topeng yang dulu ia lihat malam ayahnya terbunuh. Ia menuduh Topan sebagai pembunuh. Dalam amarah, ia meninggalkan tempat itu.
Namun Pelor menghampirinya, menjelaskan bahwa Topan tidak pernah membunuh Petrus. Dina masih ragu, tetapi mulai melihat bahwa sesuatu jauh lebih besar sedang dimainkan.
Topan dan Jenggo mencari informasi pada Bunglon, pemilik bar yang setia pada Petrus. Dari Bunglon, terungkap rahasia: Antonio, yang bernama asli Suranto, adalah murid pertama Petrus. Petrus menolaknya karena melihat kegelapan dalam dirinya. Namun dendam itu tidak pernah padam. Bunglon juga menyebut bahwa sebelum mati, Petrus sempat menyebut nama Suranto.
Lebih buruk lagi, Antonio kini menjadi pedagang senjata terbesar di Asia Tenggara. Target selanjutnya adalah Alpha.
Topan terlambat. Pasukan Antonio menyerbu kediaman Alpha. Dina ikut bertarung bersama Alpha, keduanya melawan pasukan bersenjata. Pelor berusaha mengevakuasi penduduk agar tidak jadi korban.
Alo muncul dan hampir menghabisi Alpha serta Dina. Saat situasi genting, Topan dan Jenggo datang menyelamatkan. Namun Pelor tertangkap dan dibawa Antonio. Antonio lalu menantang Topan untuk duel terakhir di tempat segalanya bermula, Paranais Villa.
The Big 4 kembali bersatu. Mereka menyiapkan strategi besar. Alpha menanam bom di sebuah jip kosong, lalu mengirimnya ke halaman villa. Antonio mengira itu serangan frontal, tapi ternyata jebakan. Ledakan besar menghancurkan separuh pasukannya.
Topan, Dina, dan Alpha masuk ke dalam villa, dengan Jenggo menembak dari kejauhan. Pertarungan berdarah pun pecah. Dina bertarung melawan salah satu orang Antonio, meski tubuhnya penuh luka, ia berhasil menghabisinya. Alpha hampir kalah oleh Alo, hingga Jenggo turun tangan. Meski dihajar babak belur, gangguan itu memberi Alpha kesempatan menusuk Alo hingga tewas.
Topan berhadapan langsung dengan Antonio. Duel sengit pecah, tinju, tendangan, dan hantaman brutal. Antonio sempat menguasai, namun Topan membalikkan keadaan. Ia nyaris menghabisi Antonio, tetapi musuh itu membuka rahasia, ada dalang lain di balik pembunuhan Petrus. Sesaat lengah, Topan ditikam di tangan. Dina datang menyelamatkan.
Antonio mundur ke ruang terakhir, menyandera Pelor. Ia bersumpah akan membawa rahasia majikannya ke liang kubur. Namun Topan memanggilnya dengan nama aslinya sambil mengejek: Suranto. emosi Antonio menggelegak. Kemarahan itu membuat Antonio lengah. Pelor merunduk, memberi celah bagi Topan. Topan mencabut pisau yang masih menancap di tangannya dan melemparkannya ke Antonio. Antonio akhirnya tewas terjatuh ke tebing setelah membobol jendela di belakangnya.
Polisi tiba setelah dipanggil Dina. The Big 4 kembali menghilang ke dalam bayang-bayang. Sebelum pergi, Topan memberikan kunci peninggalan Petrus pada Dina. Dari kunci itu, rahasia baru terbuka, Antonio hanyalah bidak. Dalang sesungguhnya adalah Hassan, sahabat lama Petrus, sekaligus orang yang paling dekat dengan Dina.
Namun di balik Hassan, masih ada figur lebih berbahaya. Sosok perempuan misterius yang mengendalikan permainan dari balik layar, bersumpah akan memburu Topan dan The Big 4.