Sinopsis The Accountant (2016)

381911 votes, average 7.3 out of 10

Christian Wolff, jenius matematika yang bersembunyi di balik kantor akuntan kecil, sebenarnya bekerja untuk organisasi kriminal berbahaya. Saat Departemen Keuangan memburunya, ia mengambil klien sah di perusahaan robotika yang terlibat skandal jutaan dolar. Namun, semakin dekat ia pada kebenaran, semakin banyak nyawa melayang.

Seorang pria melangkah melewati sebuah bar yang sudah sunyi. Bau mesiu bercampur alkohol dan asap rokok yang masih menggantung tipis di udara. Lampu neon berkelip di dinding, cahayanya berpendar tak stabil, menyorot lantai yang penuh noda darah. Tubuh-tubuh berserakan, masing-masing dengan lubang tembak di kepala. Kursi dan meja terguling, gelas pecah berhamburan. Pria itu berjalan perlahan, dengan gerak tubuh yang terkendali, seakan-akan tempat itu hanya lorong kosong yang tidak menakutkan.

Ia menapaki tangga kayu, langkahnya mantap, nyaris tanpa suara. Dari lantai atas terdengar rintihan panjang seorang pria yang sedang memohon agar hidupnya diselamatkan. Setiap anak tangga membawa pria itu semakin dekat ke sumber suara. Ia melewati lebih banyak tubuh, para penjaga yang tergeletak di jalur tangga, sebagian dengan mata melotot kosong, sebagian lain masih dalam posisi menggenggam senjata yang tak sempat ditembakkan. Akhirnya ia berhenti di depan sebuah pintu. Suara rintihan di balik pintu itu semakin histeris, penuh kepanikan. Lalu tiba-tiba, suara keras memotong semuanya. Sunyi.

Tiga puluh tahun sebelumnya, di New Hampshire, berdiri Harbor Neuroscience Institute. Bangunan itu tampak seperti rumah besar klasik, dikelilingi hutan lebat dan udara sejuk. Namun di balik dinding megah itu, kehidupan berjalan dengan ritme berbeda.

Di ruang tamu, dua bocah laki-laki duduk. Yang satu duduk tenang di kursi, tatapannya kosong namun stabil. Saudaranya membuka kotak puzzle baru dan langsung merakitnya dengan kecepatan luar biasa. Tangannya bergerak tergesa, tubuhnya gemetar, mulutnya menggumam tak jelas. Seorang gadis kecil juga berada di ruangan. Pengasuh berusaha memakaikan sepatu, namun gadis itu berteriak histeris, wajahnya merah, tangannya menampar kepala sendiri berulang kali. Jeritan itu begitu menusuk telinga, memenuhi ruangan dengan rasa panik.

Bocah puzzle terus menyusun, potongan demi potongan, tanpa melihat gambar di permukaan. Ketika tinggal satu keping terakhir yang hilang, ia meraung keras, tak mampu menenangkan diri. Kegelisahannya meledak, tubuhnya bergetar hebat. Gadis kecil mendadak berhenti berteriak, merangkak ke bawah meja, lalu menemukan kepingan yang terjatuh. Ia menyodorkannya ke tangan bocah puzzle. Tatapan keduanya bertemu sejenak. Bocah itu segera menyelesaikan susunan, membentuk gambar Muhammad Ali, meski seluruhnya tersusun terbalik.

Baca juga:  The Big 4 (2022)

Di ruang sebelah, seorang psikolog duduk bersama orangtua kedua bocah itu. Di pintu kulkas, terpasang diagram sederhana enam wajah stik: gembira, marah, sedih, takut, jijik, bingung. Psikolog menjelaskan kepekaan anak itu terhadap cahaya, suara, dan sentuhan. Ia hanya mau memakai satu kaus, mudah terobsesi, serta menggunakan gerakan berulang untuk meredakan kecemasan. Ia kemungkinan akan sulit bersosialisasi, sulit menatap mata orang lain, dan selalu membutuhkan cara unik untuk menghadapi dunia. Ibunya bimbang, sementara ayahnya yang seorang tentara menolak semua saran lembut. Baginya, dunia nyata keras dan tidak akan memberi keistimewaan, sehingga anak harus ditempa langsung oleh rasa sakit, suara keras, dan cahaya terang.

Puluhan tahun kemudian, bocah itu menjadi Christian Wolff. Ia menjalani hidup sebagai akuntan di kantor kecilnya. Penampilannya rapi, namun sikapnya kaku, nada bicaranya datar, ekspresi wajahnya jarang berubah. Meski begitu, kecerdasannya dalam menemukan celah hukum membuat klien-klien kecil merasa ditolong. Ia mengubah kerumitan pajak menjadi keuntungan.

Namun kehidupan pribadinya nyaris tanpa warna. Rumahnya kosong dari hiasan, dinding polos tanpa foto atau lukisan. Di dapurnya hanya ada satu piring, satu sendok, satu garpu, satu pisau. Semua digunakan, dibersihkan, dan dikembalikan ke tempat yang sama dengan ketelitian obsesif. Saat makan, ia menyiapkan semuanya dengan langkah-langkah ritual: posisi makanan, alat makan, bahkan cara memegangnya.

Malam harinya, ia duduk di kamar tidur gelap, lalu menyalakan lampu strobo dan musik metal keras. Ia mengeluarkan tongkat kayu dan menggulungnya ke otot-otot kakinya, menekan keras, memaksa tubuhnya menahan rasa sakit. Semuanya dilakukan dalam durasi terukur, sampai alarm kecil berbunyi dan waktunya tiba untuk menelan obat penenang.

Di Washington, Departemen Keuangan mengamati seorang akuntan misterius. Ray King, kepala divisi kejahatan finansial, menugaskan analis muda Marybeth Medina untuk menyelidikinya. Akuntan itu dikenal bekerja untuk para kriminal kelas dunia: mafia, kartel, hingga teroris. Ia tak pernah tertangkap, meski identitasnya selalu berganti. Semua nama samarannya berhubungan dengan tokoh matematikawan atau penulis. Rekaman dari penyelidikan mafia Gambino mengungkap bukti unik: saat pembunuhan brutal berlangsung, suara lirih terdengar berulang, seperti sajak anak-anak yang terus diputar di mulut sang pembunuh.

Baca juga:  Scream (2022)

Christian menerima pekerjaan legal di perusahaan Living Robotics. Perusahaan itu mengembangkan prostetik canggih, membantu para penyandang disabilitas dengan teknologi. Namun keuangan perusahaan menunjukkan anomali: 61 juta dolar lenyap. Dengan disiplin obsesif, Christian mulai memeriksa file, mengisi papan tulis, hingga kaca jendela dengan catatan rumit. Ia bekerja sepanjang malam, menemukan pola tersembunyi.

Namun sebelum kesimpulannya terungkap, pejabat keuangan perusahaan ditemukan tewas dengan suntikan insulin ganda, diduga bunuh diri. Semua file penyelidikan dirapikan, pekerjaannya dihentikan. Christian pulang dengan frustrasi, malamnya penuh kemarahan, tongkat kayu menghantam tubuhnya lebih keras, obat-obatan dilemparkan ke dinding sebelum akhirnya ia memungutnya kembali.

Di sisi lain, seorang pembunuh bayaran, dijuluki the Assassin, terus menjalankan misi-misinya di berbagai belahan dunia. Metodenya tenang, presisi, dan penuh kontrol. Ia berbeda dari penjahat brutal biasa: semua tindakannya penuh kalkulasi.

Marybeth terus menelusuri benang merah. Ia menyadari bahwa semua alias akuntan misterius itu bukan acak, melainkan pola. Setiap nama mengacu pada matematikawan besar yang dikenal memiliki keunikan dalam cara berpikir, bahkan ada yang dicurigai berada dalam spektrum autisme. Profil mulai terbentuk: seorang pria cerdas, penuh tics, obsesif, dengan latar belakang yang tidak biasa.

Christian semakin terjerat bahaya. Para pembunuh dikirim untuk menghabisinya. Ia melindungi Dana, akuntan muda perusahaan yang jujur dan polos, membawanya ke trailer penyimpanan rahasia yang penuh uang, emas, senjata, dan lukisan berharga. Dana terkesima sekaligus ketakutan, melihat betapa ganda kehidupan pria yang sebelumnya terlihat kaku dan dingin itu.

Puncak konflik terjadi di kediaman Lamar, CEO Living Robotics. Rumah megah itu berubah menjadi medan perang ketika Christian masuk ke dalamnya, membunuh penjaga satu per satu dengan efisiensi mematikan. Sementara itu, the Assassin mengawasi lewat kamera. Gumaman lirih terdengar melalui mikrofon: sajak anak-anak yang sama dari rekaman lama. Ia mengenalinya.

Pertemuan mereka akhirnya terjadi. Sang Assassin adalah Braxton, adik kandung Christian, yang telah lama berpisah. Masa lalu yang penuh trauma, latihan brutal dari ayah militer mereka, serta kematian ayah dalam insiden keluarga, menjadi luka yang tak pernah sembuh. Pertarungan mereka bukan sekadar fisik, melainkan luapan dendam bertahun-tahun.

Keduanya saling menghantam hingga sama-sama terengah di lantai. Lamar yang menyaksikan dari layar pengawasan tak percaya. Christian menyelesaikan pekerjaannya dengan satu tembakan, mengakhiri hidup Lamar. Ia lalu berdiri, meninggalkan adiknya dengan sebuah janji samar.

Baca juga:  Death on the Nile (2022)

Beberapa hari kemudian, Dana menerima paket misterius di apartemennya. Sebuah lukisan aneh, “Dogs Playing Poker.” Namun ketika ia menarik kanvasnya, tersembunyi di baliknya lukisan asli Pollock yang pernah ia lihat di trailer Christian. Senyum terbit di wajahnya, campuran lega dan haru.

Di Departemen Keuangan, Marybeth resmi menggantikan Ray. Ia kini menjadi penerima panggilan dari “the Voice,” operator misterius yang selama ini menjadi penghubung. Identitasnya terungkap: Justine, gadis kecil dari masa lalu Christian di Harbor Institute, kini seorang wanita dewasa dengan disabilitas parah. Meski tak bisa berbicara, ia berkomunikasi lewat komputer, kecerdasannya tak pernah padam. Dialah yang selama ini mendanai institut, menyusun informasi, dan menjadi benang merah kehidupan Christian.

Lingkaran pun lengkap. Dari bocah yang sensitif dan rapuh, ditempa oleh disiplin brutal, lahir seorang pria dengan dua wajah: akuntan jenius dan algojo mematikan. Dunia melihatnya sebagai anomali, namun justru itulah kekuatannya. Hidupnya tetap penuh rahasia, namun satu prinsip selalu dijaganya: apapun yang dimulai, harus selalu diselesaikan.

 

Leave a Reply