Sinopsis Film Jumbo (2025)
Don, seorang anak gendut yang sering dibully dengan julukan “Jumbo”, bertemu dengan Meri, sesosok arwah yang mencari bantuan untuk dipertemukan kembali dengan arwah keluarganya yang penuh masalah. Kedua sahabat baru ini pun memulai petualangan seru untuk saling membantu dan belajar tentang arti persahabatan yang sesungguhnya.
Don sedang menceritakan dongeng mengenai seorang Kesatria pemberani Pulau Gelembung dari buku peninggalan orang tuanya yang selalu dia bawa kemana-mana. Namun, teman-temannya merasa bosan karena Don terlalu sering mendongeng, dan mereka lebih memilih bermain kasti bersama yang lain. Don lalu bertemu dengan sahabatnya, Nurman. Nurman mempunyai 3 ekor kambing yang lucu dan menggemaskan. Don juga bersahabat dengan seorang teman perempuannya yang bernama Mae. Mereka bertiga membentuk geng Jumbo.
Ketika permainan kasti berlangsung, salah satu anak terjatuh dan tidak bisa melanjutkan permainan. Melihat hal itu, Don menawarkan diri untuk menggantikannya, meskipun awalnya ditolak.
Sebelum bermain, Don menitipkan buku dongeng kesayangannya kepada Nurman dan berpesan agar buku itu dijaga baik-baik. Saat permainan berlangsung, Atta, anak yang tidak menyukai Don, memukul bola kasti sangat keras hingga bola itu terbang sangat jauh. Don pun mengejar bola tersebut.
Di Kampung Seruni, tempat tinggal Don, sedang berlangsung persiapan untuk sebuah pentas seni. Warga beramai-ramai mempersiapkannya, termasuk mengecat banner festival. Saat Don berlari mengejar bola, tanpa sengaja ia menginjak banner yang masih basah catnya, menyebabkan warna oranye banner itu rusak.
Sementara itu, konflik lain terjadi di kampung. Beberapa rumah warga terancam diambil alih oleh sebuah perusahaan, namun warga menolak dan kepala desa datang untuk menyelesaikan masalah. Di sisi lain, Don terus mengejar bola hingga bola itu tersangkut di genteng, lalu jatuh ke sepeda seseorang. Don tetap mengejarnya hingga akhirnya tersandung, namun berhasil menangkap bola tersebut. Sayangnya, permainan sudah selesai. Teman-temannya mengejek Don dan menyuruhnya pulang. Salah satu temannya bahkan berkata bahwa Don lambat dan sering menjadi penyebab kekalahan dalam permainan, itulah mengapa tidak ada yang mau bermain dengannya.
Don, Nurman dan Mae pergi ke markas mereka di sebuah gudang kosong di pinggir kampung. Don pun bercerita kepada Nurman bahwa ia lelah selalu diremehkan. Saat itu, terdengar pengumuman bahwa pendaftaran untuk pentas seni di Kampung Seruni akan ditutup pukul lima sore. Nurman berusaha menyemangati Don untuk ikut, namun Don menolak karena merasa tidak pantas.
Sementara itu, kakak Atta yang bernama Acil sedang memperbaiki radio milik salah satu pelanggan. Atta datang membantu. Pelanggan itu bertanya mengapa Acil yang kakinya sedang sakit tidak dirawat di rumah sakit, dan Acil menjawab bahwa mereka takut dengan biaya yang mahal. Namun, Acil menjelaskan bahwa kepala desa sering membantu mereka mendapatkan obat-obatan.
Pelanggan itu menemukan karya buatan Atta yang bisa mengeluarkan cahaya dari lampu-lampu bekas dan speaker. Acil menawarkan untuk membuat radio seperti itu secara gratis. Pelanggan itu sangat terkesan dan menyarankan Atta untuk ikut pentas seni agar bisa mendapatkan uang untuk membantu biaya pengobatan kakaknya.
Sementara itu, di rumah, nenek Don bertanya mengapa Don tidak ingin ikut pentas. Don lalu membuka bukunya dan menemukan lirik lagu yang ditulis oleh ibunya. Don merasa terharu dan bersemangat untuk ikut pentas seni menggunakan buku tersebut. Ia meminta bantuan kepada teman-temannya, Nurman dan Mae, dan mereka pun setuju untuk membantunya.
Atta pun datang ke panitia untuk mendaftar pentas, namun pendaftarannya sudah ditutup. Don yang juga mendaftar sempat ditolak, namun salah satu panitia memberi kabar bahwa ada peserta yang mengundurkan diri, sehingga Don bisa menggantikannya. Don sangat senang dan mengatakan kepada Atta bahwa ia bisa ikut pentas karena dirinya hebat. Atta yang iri dan marah lalu mencuri buku dongeng milik Don.
Mereka bertiga kembali ke markas. Don sangat sedih karena buku itu adalah inti dari penampilannya nanti. Nurman berusaha menghibur Don. Tiba-tiba, sebuah mainan bergerak sendiri dan cahaya muncul. Dari cahaya itu, keluar sosok arwah perempuan bernama Meri. Don dan teman-temannya sempat ketakutan, namun akhirnya berteman dengan Meri. Meri meminta tolong kepada Don untuk menemukan arwah orang tuanya yang telah dicuri oleh penjahat dengan sosok berjubah hitam. Arwah orang tua Meri dimasukkan ke dalam radio oleh penjahat.
Meri menjelaskan bahwa tidak semua orang bisa melihat dirinya. Ia memberikan gelembung bercahaya kepada Don sebagai tanda kepercayaan. Awalnya Don menolak untuk membantu, namun setelah Meri membantunya mengambil kembali buku dongeng yang dicuri oleh Atta, Don pun bersedia membantu Meri.
Di sisi lain, penjahat tersebut mendapatkan perintah dari suara misterius dalam radio untuk terus membongkar makam dan mengumpulkan arwah. Jika gagal, ia akan mendapat hukuman. Sang penjahat diberi waktu dua hari untuk menyelesaikannya.
Atta merasa sedih karena tidak bisa mendaftar pentas untuk membantu kakaknya. Acil menghiburnya. Sementara itu, Don dan teman-temannya menyusun rencana untuk tampil di pentas seni. Namun mereka kekurangan dana untuk membuat kostum, sehingga mereka mengikuti lomba mengambil koin dan berhasil memenangkannya. Meri bersedia membantu mereka dan membuat dirinya terlihat oleh semua orang.
Don kemudian bercerita kepada Meri bahwa buku dongeng itu adalah tulisan kedua orang tuanya sebelum mereka meninggal dalam kecelakaan. Meri juga bercerita bahwa sebelum berpisah, ibunya memberinya kalung bunga, dan jika bunga itu layu, ia tidak akan bisa bertemu kembali dengan orang tuanya.
Hari pentas pun tiba. Don dan teman-temannya tampil memukau. Mae menceritakan dongeng sementara Don dan Mae bernyanyi. Mereka menang dan panitia memberi kesempatan untuk tampil lagi keesokan malamnya di pentas seni yang lebih besar.
Namun, Meri kecewa karena Don belum menepati janjinya untuk membantu menemukan arwah orang tuanya. Don meminta waktu, namun Meri marah dan pergi. Teman-temannya menyuruh Don minta maaf kepada Meri. Atta diam-diam mendengar semua itu dan menceritakannya kepada kakaknya. Acil dan kepala desa yang sedang berada di rumah mereka tidak percaya pada cerita Atta, namun kepala desa menawarkan pekerjaan kepada Acil.
Ternyata kepala desa adalah penjahat yang membongkar makam orang tua Meri dan mencuri arwah mereka. Sementara itu, kepala desa membawa Acil ke rumah kosong dan mencoba menangkap arwah Meri menggunakan radio. Meri pun tertarik oleh kekuatan radio dan hampir diseret masuk. Don dan teman-temannya berusaha menyelamatkan Meri, namun gagal. Buku dongeng Don juga rusak parah.
Don menyalahkan Acil, dan mereka bertengkar. Nurman menegur Don karena hanya memikirkan pentas dan bukan Meri. Atta menjelaskan bahwa kakaknya tidak tahu akan menjadi seperti ini, dia hanya menerima tawaran pekerjaan dari kepala desa. Don tidak mempercayai mereka dan secara tidak sengaja mendorong Nurman. Nurman pun marah karena merasa dikhianati.
Atta yang merasa bersalah datang ke rumah Don dan meminta maaf. Ia mengakui bahwa ia iri pada Don yang punya banyak teman dan pentas yang bagus. Don juga meminta maaf. Mereka lalu menyusun rencana untuk menyelamatkan Meri dan Acil. Don meminta maaf kepada Nurman dan Mae. Mereka akhirnya berbaikan dan bekerja sama kembali.
Dengan peta dari kepala desa yang ditemukan Atta, mereka mengetahui lokasi kepala desa akan membawa Meri dan Acil. Mereka pergi ke sana menggunakan sepeda. Di panggung pentas, panitia mencari Don yang belum juga datang. Sementara itu, anak-anak menemukan kepala desa di pemakaman bersama Acil. Mereka membuat suara serigala untuk mengalihkan perhatian kepala desa. Dengan jurus Sap! Sap! Sap! mereka berhasil merebut radio, namun kepala desa mengejar dan berhasil merebutnya kembali.
Atta bertemu dengan kakaknya dan meminta bantuannya. Don dan teman-temannya terus berlari, dikejar kepala desa dan arwah orang tua Meri. Don lalu memberikan buku kepada Atta, dan bersama Nurman, ia mengalihkan perhatian arwah agar Atta bisa menyerahkan buku itu ke Meri.
Don mengingat nasihat neneknya tentang menjadi pendengar yang baik untuk menjadi pendongeng yang baik. Tiba-tiba, gelembung bercahaya dari dalam dada Don yang pernah diberikan Meri, keluar dan masuk ke dalam buku. Buku itu lalu bersinar, dan dengan bantuan teman-temannya, Don berhasil melemparkan buku ke arah arwah orang tua Meri. Arwah mereka pun akhirnya bebas dan kembali normal.
Kepala desa marah karena rencananya gagal. Ia mengaku bahwa tujuan utamanya adalah menjual makam kampung itu demi keuntungan pribadi. Namun tanpa disadari, semua pernyataannya terdengar warga karena mereka sedang berada di panggung pentas. Warga pun menangkap kepala desa.
Don membantu Meri membuka portal untuk pulang. Meri berterima kasih dan berpamitan dengan Don dan teman-temannya.
Beberapa tahun kemudian, teman-teman Don tampil dalam pentas seni, sementara Don hanya ingin membantu dari belakang layar. Nenek Don lalu menceritakan bahwa dulu ia juga memiliki sahabat baik, yang ternyata adalah Meri.
Don memutar radionya, dan tiba-tiba terdengar suara kedua orang tuanya yang menyanyi dan bercerita untuknya. Don menangis bahagia, merindukan mereka. Orang tuanya menyampaikan bahwa semua ini terjadi berkat doa Don.